Sumber : Suharsiwi

Judul : PR & Story Telling

Tanggal : 12 Januari 2016

Penulis

Link : http://www.suharsiwi.com/2016/01/pr-story-telling.html

 

Akhir-akhir ini saya seringkali membaca tulisan para blogger yang menceritakan pengalamannya memakai produk-produk tertentu. Cerita-cerita tersebut biasanya dilengkapi dengan gambar, video, bahkan ada yang mengarahkan pada link yang menjual produk yang diulas.

 

Belakangan saya tahu bahwa cerita-cerita yang ditulis oleh para blogger disebut dengan istilah “Story Telling”. Story Telling dalam dunia Public Relations memberi manfaat yang begitu besar karena sangat powerful dalam menyebarkan informasi dan membangun reputasi. Story Telling biasanya melibatkan para user dan dikemas dalam tulisan yang halus, sehingga pembaca merasa dekat. Prita Kemal Gani, pendiri London School Public Relations (LSPR) mengatakan Storytelling digunakan oleh para PR person untuk menjangkau targetnya.

 

Ilmu mengenai Story Telling ini dibahas dalam acara PR Corner yang diselenggarakan pada Senin, 11  Januari 2016 di London School Public Relations. Acara ini dipandu oleh Prita Kemal Gani dengan menghadirkan beberapa narasumber antara lain Febriati Nadira (Head of Corporate Communication PT. Adaro Energy Tbk), Ainun Chomsum (Social Media Strategist, Founder Akademi Berbagi), Dian Adi Prasetyo (Digital & Company Strategist), Reh Atemalem Susanti (Blogger).

 

Menurut Reh Atemalem Susanti atau yang lebih akrab dipanggil Rere, Story Telling adalah upaya yang efektif dan cara yang lebih menyenangkan dalam menyebarkan informasi pada pembaca. Untuk membuat Story Telling, pertama yang harus kita lakukan adalah melakukan riset. Riset sangat membantu dalam penulisan agar tidak terkesan karangan biasa, namun pengalaman pribadi yang didukung dengan informasi akurat. “Hal yang paling penting dalam Story Telling adalah kejujuran” ungkap Rere. Sementara media yang paling sering digunakan adalah blog karena memberi keleluasaan dalam bercerita, mengunggah gambar dan video.

 

 

 

Dian Adi Prasetyo mengungkapkan bahwa PR tidak hanya sebatas agency PR untuk mempublikasikan rencana produk, tapi hubungannya langsung dengan user. Jadi seorang PR dapat melibatkan user  dalam menyampaikan informasi melalui Story Telling. Untuk mempublikasikan Story Telling ini media social seperti Instagram, Facebook, dan Twitter masih  menjadi kanal utama publikasi.

 

Menurut Febriati Nadira, Story Telling memang lebih disukai pembaca karena secara alami, seseorang memang suka membaca atau mendengarkan cerita daripada mencerna informasi dari point-point. Ketika sebuah informasi dibungkus dalam bentuk cerita pesannya akan mudah sampai ke pembaca. Akan lebih bagus lagi bila tulisan tersebut bersifat humanity, lucu, renyah dan kekinian sehingga dapat menarik pembaca. Disini peran PR sangat penting untuk mencari uniqness dari sebuah cerita agar pembaca tidak merasa bosan. Story Telling tidak harus secara langsung menceritakan keunggulan sebuah produk atau perusahaan, namun bisa dengan menceritakan hal-hal yang menyentuh seperti orang-orang dibalik pembuatan produk atau cerita para tokoh sukses dalam membangun sebuah perusahaan. “Jangan menunggu terjadi krisis dulu baru membuat story telling, justru story telling digunakan saat perusahaan mulai atau sedang membangun reputasi dan engage dengan nitezen, mulailah dari sekarang”, ungkap Febriati.

Agar bisa membuat tulisan yang bagus dan mengena pada pembaca, Ainun Chomsum menyarankan pada penulis pemula untuk rajin membaca dan memperkaya pengetahuan. Lebih lanjut Ainun menyarankan untuk mengasah kepekaan dan kemampuan menulis dengan rajin berlatih. Menulislah dari hal-hal yang kita sukai, terus berlatih hingga kita menemukan gaya penulisan kita sendiri dan jangan mudah menyerah. Secara teknis kita memang bisa belajar pada penulis lain namun untuk gaya penulisan Ia menyarankan untuk menjadi diri sendiri.